Malam itu, Umar ibn Khattab mengganti pakaian kebesarannya dengan pakaian biasa. Tak seorangpun tahu kalau ia sedang pergi. Beliau pergi menyusuri pelosok kota dan kampung. Kakinya tak henti-hentinya melangkah menyusuri pinggiran-pinggiran kota. Suara makhluk malam menghiasi perjalanannya. Ditengah perjalanan, beliau menemukan sebuah gubuk tua yang sudah hampir roboh. Di dalamnya terdengar tangisan anak dan suara ibu yang sedang menggoreng. Tangisan anak itu kedengaran lesu. Sementara gorengan ibunya tak masak-masak jua. Dengan suara lemas anak itu menyahut;
“Maak… saya lapar sekali…”
“Tunggu nak..., sebentar lagi masak kok”.
“Jangan lama ya maak…” suara anak itu tambah kedengaran lesu jua.
Sementara di luar gubuk, Khalifah Umar sedang asyik mendengarkan cengkrama sang ibu dan anak. Umar tak habis pikir kalau masih ada orang yang sangat kesusahan. Makanpun masih susah.
Tanpa sengaja, terdengar lontaran sang ibu dengan sedikit nada meng-harap, “Ah…, andaikan Khalifah tau kehidupan kami, pastilah beliau membantu kami”. Mendengar ucapan itu, Umar langsung menemui.
Umar masuk ke gubuk itu. beliau tidak dikenal sebagai khalifah. Beliau hanya dikenal oleh ibu itu sebagai pengembara. Lalu Umar bertanya “Lho?! Kenapa anak ibu menangis?”. Ibunya kemudian menjawab. “Maaf pak, anak saya menangis sebab dia lapar, kami belum makan dari pagi.”
“Lalu apa yang sedang kamu masak?”
“Ini terpaksa saya lakukan sebab hanya inilah satu-satunya jalan untuk membuat anak-anak saya merasa tenang. Yang saya masak ini adalah batu, karena hanya inilah yang ada”.
Setelah mendengar penjelasan sang ibu, Umar langsung pamit pulang tanpa banyak bicara.
Saat itu juga, Umar pulang ke istana. Sesampai di istana Beliau membuka gudang dan memikul sendiri beras yang ada dalam gudang istana tersebut. Beliau membawakan keluarga tadi yang sedang kelaparan.
Dengan keringat yang bercucuran. Sampailah Khalifah di tempat tujuan. Beliau langsung memberikan beras itu dan menyuruhnya memasak. Setelah itu, Umar kembali ke istana dan menyebarkan beras yang masih tersisa di gudang untuk orang fakir.gudang untuk orang fakir.
Begitulah seorang kepala Negara yang begitu perhatian terhadap rakyatnya, sehingga beliaupun rela menyamar dan menelusuri pelosok daerah. Itu semua hanya untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Beliau tidak rela hidup senang di istana sementara masih sangat banyak rakyatnya menderita kelaparan.
Semoga pemimpin baru kita tidak hanya bisa menjadi pemimpi. Namun, juga bisa menjadi penerus dan sekaligus pewaris perilaku kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab semoga Allah merahmatinya. (Abd.Rauf).
“Maak… saya lapar sekali…”
“Tunggu nak..., sebentar lagi masak kok”.
“Jangan lama ya maak…” suara anak itu tambah kedengaran lesu jua.
Sementara di luar gubuk, Khalifah Umar sedang asyik mendengarkan cengkrama sang ibu dan anak. Umar tak habis pikir kalau masih ada orang yang sangat kesusahan. Makanpun masih susah.
Tanpa sengaja, terdengar lontaran sang ibu dengan sedikit nada meng-harap, “Ah…, andaikan Khalifah tau kehidupan kami, pastilah beliau membantu kami”. Mendengar ucapan itu, Umar langsung menemui.
Umar masuk ke gubuk itu. beliau tidak dikenal sebagai khalifah. Beliau hanya dikenal oleh ibu itu sebagai pengembara. Lalu Umar bertanya “Lho?! Kenapa anak ibu menangis?”. Ibunya kemudian menjawab. “Maaf pak, anak saya menangis sebab dia lapar, kami belum makan dari pagi.”
“Lalu apa yang sedang kamu masak?”
“Ini terpaksa saya lakukan sebab hanya inilah satu-satunya jalan untuk membuat anak-anak saya merasa tenang. Yang saya masak ini adalah batu, karena hanya inilah yang ada”.
Setelah mendengar penjelasan sang ibu, Umar langsung pamit pulang tanpa banyak bicara.
Saat itu juga, Umar pulang ke istana. Sesampai di istana Beliau membuka gudang dan memikul sendiri beras yang ada dalam gudang istana tersebut. Beliau membawakan keluarga tadi yang sedang kelaparan.
Dengan keringat yang bercucuran. Sampailah Khalifah di tempat tujuan. Beliau langsung memberikan beras itu dan menyuruhnya memasak. Setelah itu, Umar kembali ke istana dan menyebarkan beras yang masih tersisa di gudang untuk orang fakir.gudang untuk orang fakir.
Begitulah seorang kepala Negara yang begitu perhatian terhadap rakyatnya, sehingga beliaupun rela menyamar dan menelusuri pelosok daerah. Itu semua hanya untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Beliau tidak rela hidup senang di istana sementara masih sangat banyak rakyatnya menderita kelaparan.
Semoga pemimpin baru kita tidak hanya bisa menjadi pemimpi. Namun, juga bisa menjadi penerus dan sekaligus pewaris perilaku kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab semoga Allah merahmatinya. (Abd.Rauf).
Posting Komentar